Pengantar Redaksi JAK Vol1 no1 - Juli 2008

Redaksi Redaksi

Abstract


HARAPAN AGRIBISNIS KERAKYATAN

Sejak awal 2008, istilah ‘agribisnis kerakyatan’ mencuat kembali ke permu-kaan, terutama di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Anda-las. Apa perlunya kata ‘kerakyatan’ itu disambungkan setelah kata agribisnis? Tentu ada yang amat serius apabila selanjutnya kata kerakyatan dinyatakan pula sebagai ciri dari Program Studi Agribisnis tersebut.

            Agribisnis kerakyatan jelas merupakan suatu ekonomi yang bermuatan etika: bahwa kesejahteraan rakyat merupakan tujuan dan keutamaan agribisnis. Namun muatan etika inilah yang membuat pertanda bahwa hubungan antara realitas agri-bisnis yang dipahami secara konvensional dengan kesejahteraan rakyat, terutama petani, ternyata bagai api yang jauh dari panggangnya. Realitas agribisnis bahkan mungkin telah insubordinatif terhadap tujuan kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu, upaya untuk mempromosikan agribisnis kerakyatan sebagai alternatif sungguh diperlukan.

            Agribisnis yang abai terhadap kesejahteraan petani tidak mesti alamiah dan soal teknis belaka. Sebagaimana telah diingatkan jauh hari oleh Amartya Sen (dalam On Ethics and Economics, 1988), juga oleh sejumlah tokoh seperti Mubyarto, Hidajat Nataatmadja, Dawam Rahardjo dan Sri Edi Swasono, gejala ini tidak terlepas dari kedudukan ilmu ekonomi kesejahteraan yang kian lemah dan anti-etikalisme. Pendekatan etika dalam ekonomi secara substansial telah lenyap dalam metodologi yang disebut ‘ilmu ekonomi positif’, yang dengan begitu tidak saja menjauhkan analisa normatif dalam ilmu ekonomi tetapi bahkan juga mengabaikan berbagai pertimbangan etika yang mempengaruhi perilaku manusia. Perhatian ilmu ekonomi hanya terpusat pada aspek rekayasa logistik yang kian menjarak dari etika. Sen bukan bermaksud mengatakan bahwa ekonomi dengan pendekatan non-etika pasti tidak produktif, tetapi sesungguhnya dapat dibuat lebih produktif dengan memberi perhatian yang lebih besar dan lebih jelas pada pertimbangan-pertimbangan etika yang membentuk perilaku dan penilaian manusia.

Walau pertimbangan etika sesekali dimasukkan dalam ekonomi, namun keu-tamaan dan kriteria kesejahteraan yang dipakai masih dikaitkan dengan alasan-alasan yang cenderung praktis dan berdasarkan moral utilitarianisme—bahwa kese-jahteraan adalah penjumlahan keseluruhan manfaat atau kesenangan yang tercipta. Pernyataan moral oleh utilitarianisme, yang dalam hal ini tidak dipisahkan dari pengertian ‘adil’, berpegang pada dua ide pokok: (i) apa yang benar ujung-ujungnya adalah kesenangan (pleasure), dan (ii) orang diwajibkan mengambil tindakan yang akan memberikan kesenangan yang terbesar bagi orang yang jumlahnya terbanyak. Akibatnya, semua orang cenderung berharap terwujudnya keadaan sosial yang optimal sebagaimana dimaksud oleh kriteria optimalitas Pareto: yaitu jika dan hanya jika tidak ada kesenangan seorangpun dapat ditingkatkan tanpa mengurangi ke-senangan dari seseorang yang lain. Namun, Sen kembali membahas dengan jelas bahwa kriteria optimalitas Pareto hanyalah tanda keberhasilan sosial yang sangat terbatas, karena merupakan suatu kondisi optimalitas dengan sebagian orang dalam keadaan amat-sangat sengsara sementara yang lain berkubang kemewahan. Lebih parah lagi adalah tendensi bahwa golongan yang sengsara itu hanya boleh diperbaiki keadaannya apabila tidak mengurangi kemewahan yang dinikmati oleh golongan kaya.

Jurnal ini tidak diragukan lagi merupakan media untuk bebagi gagasan ilmiah dan hasil-hasil penelitian yang berguna untuk mengembangkan konsep, teori dan pendekatan agribisnis kerakyatan. Walau begitu, partisipan (penulis) tidaklah mesti memusatkan perhatiannya pada ekonomi ataupun agribisnis yang berpendekatan etika. Pembahasan agribisnis pada aspek-aspek yang terkait dengan pendekatan rekayasa logistik (non-etika) dalam agribisnis masih amat diperlukan. Pada volume perdana ini sudah dituangkan sejumlah tulisan, baik berupa tulisan analitis maupun berupa hasil penelitian. Marilah kita berpartisipasi pula menyumbangkan gagasan-gagasan untuk volume-volume berikutnya, dengan harapan agar ilmu ekonomi dan khususnya agribisnis dapat dibuat lebih produktif dan lebih berpihak kepada rakyat, sebagaimana harapan Sen yang sekaligus merupakan harapan kita pula.

Endry Martius


Full Text:

PDF (Indonesian)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2015 Jurnal Agribisnis Kerakyatan